Tahun Pertama: Fondasi Harus Kuat
Tahun
pertama PhD di Inggris adalah fase yang sangat menentukan. School of Government
mewajibkan postgraduate researcher (sebutan untuk mahasiswa PhD di sini) untuk
menyelesaikan 60 kredit (SKS) modul
wajib, yang bukan sekadar formalitas tapi harus bisa lulus. Apabila
terdapat modul yang hasil akhirnya tidak memenuhi syarat minimal kelulusan,
maka akan diminta untuk mengulang di semester berikutnya. Modul-modul ini
membantu memperdalam metodologi penelitian, keterampilan akademik, hingga
pemahaman ethics yang menjadi bekal penting bagi seorang peneliti.
Mengikuti
kelas, mengerjakan tugas, dan memastikan semua ujian bisa dilalui dengan baik
tentu menjadi tantangan tersendiri. Namun, dari sinilah saya belajar manajemen
waktu dengan lebih disiplin, sebab beban akademik harus berjalan seiring dengan
persiapan riset.
Pada
College atau School yang lain bisa jadi memiliki ketentuan yang berbeda.
Teman-teman di Natural Science tidak diwajibkan untuk mengambil kelas/modul
wajib. Sementara teman-teman seperti di School of Business wajib mengambil
modul dari School mereka sendiri, terutama yang mengambil jurusan Economics.
Saya sendiri dari School of Government memiliki satu modul yang diwajibkan dari
School, yakni Approach to Research in Government. Teman-teman dari School of
Social Policy wajib mengambil 60 SKS, tapi tidak memiliki modul wajib dari
School mereka.
Finalisasi Proposal
Penelitian
Selain
menyelesaikan kewajiban akademik, fokus utama tahun pertama adalah finalisasi proposal penelitian. Proses
ini tidak mudah dan diperlukan banyak-banyak membaca literatur, menyusun
kerangka konseptual, menguji relevansi topik, hingga memastikan metodologi yang
dipilih tepat. Saya sering merasa proposal saya belum cukup matang, tetapi
justru melalui proses revisi berulang inilah saya belajar berpikir kritis dan
mempertajam argumen akademik. Finalisasi proposal bukan hanya soal “menulis”,
tetapi juga tentang menemukan arah penelitian yang benar-benar bermakna dan
bisa memberi kontribusi pada bidang yang saya tekuni.
Untuk
beberapa tugas dalam modul wajib, saya menggunakan bagian-bagian dari proposal
penelitian sebagai output yang saya submit sebagai tugas akhir. Hal ini sangat
dianjutkan oleh instruktur modul karena output tersebut akan dikritisi dan
diberi nilai. Hasil penilaian itu tentu saja menjadi kritik dan masukan atas
tulisan pada proposal untuk bisa diperbaiki dalam proses penyempurnaan proposal
penelitian.
Supervision Meeting:
Ruang Diskusi dan Refleksi
Setiap
bulan, saya juga menjalani supervision
meeting bersama pembimbing. Pertemuan ini menjadi momen penting untuk
melaporkan progres, menguji ide, serta mendapatkan masukan kritis. Awalnya saya
merasa gugup setiap kali masuk ruang meeting, takut kalau apa yang saya
kerjakan belum cukup. Namun lama-kelamaan saya menyadari bahwa pertemuan ini
bukan sekadar evaluasi, melainkan ruang untuk berdiskusi, belajar, dan tumbuh.
Bimibingan
dengan supervisors biasanya dilakukan pada pertengahan bulan, tergantung dengan
ketersediaan waktu supervisors sendiri. Bimbingan berlangsung selama satu jam
setiap bulannya dan dilakukan dengan dua orang supervisors sekaligus di salah
satu ruang kerja mereka. Dalam setiap pertemuan saya selalu memberikan suatu
output yang perlu dibahas bersama. Output itu bisa berupa bagian dari chapter,
bahan untuk fieldwork, atau hal-hal lain terkait dengan progress penelitian
kita.
Setelah
bimbingan selesai, saya wajib mengisi formulir bukti bimbingan atau disebut
sebagai GRS2. Formulir ini berisi mengenai rangkuman atas pertemuan yang sudah
dilakukan dan menjadi bukti bahwa telah terjadi pertemuan untuk membahas
progress mahasiswa. Form ini menjadi perhatian bagi pihak imigrasi untuk
meyakinkan keaktivan mahasiswa pendatang di Inggris sehingga wajib untuk diisi.
Proses
supervisi yang dilakukan oleh kedua supervisor saya agak berbeda satu dengan
yang lain. Supervisor utama lebih banyak menanyakan mengenai output yang telah
saya kerjakan. Dia akan meminta saya menjelaskan apa yang ditulis, mengapa
menulis ini dan itu, apa alasan atau justifikasinya. Selain itu juga dia
memberikan masukan-masukan apabila dirasa ada yang kurang tepat. Supervisor
kedua lebih kepada banyak memberikan masukan dan perspektif baru atas apa yang
saya tulis. Selain itu dia juga seringkali menanyakan hal-hal yang selama ini
tidak pernah terpikirkan.
Bimbingan
dari supervisor membuat saya lebih percaya diri dalam menentukan langkah riset
berikutnya. Setiap komentar, kritik, maupun pertanyaan mereka selalu membuka
perspektif baru yang mungkin sebelumnya tidak saya pikirkan.
Menjadi Mahasiswa, Suami, dan Ayah
Tantangan
terbesar bukan hanya soal akademik, tapi juga bagaimana saya menyeimbangkan
peran sebagai seorang ayah dari dua anak. Setiap pagi saya harus mengantar
anak-anak ke sekolah dengan sepeda, lalu menjemput mereka sore hari. Aktivitas
sederhana ini menjadi bagian penting dari rutinitas, sekaligus memberi saya
waktu berharga untuk berinteraksi dengan keluarga. Hal-hal ini yang terkadang
jarang didapatkan waktu masih bekerja karena seringkali ke luar kota untuk
jangka waktu berminggu-minggu.
Selain
itu, akhir pekan biasanya saya gunakan untuk jalan-jalan bersama keluarga, menikmati taman kota, berbelanja
bersama anak-anak, atau sekedar bermain di garden belakang rumah. Momen-momen
ini menjaga keseimbangan hidup, agar kesibukan akademik tidak membuat saya kehilangan
kebersamaan dengan orang-orang terdekat.
Menjaga Kesehatan dan
Keseimbangan
Agar
tidak terlalu tertekan dengan tuntutan studi dan juga tetap fit, saya
meluangkan waktu untuk berolahraga, baik bersama teman-teman sesama orang
Indonesia dengan bermain badminton
maupunn bersepeda keliling kota.
Kadang juga bersepeda sendiri. Sebenarnya tinggal di sini kita jadi banyak
jalan kaki dan badan terasa lebih sehat. Olahraga ringan ini bukan hanya
menyehatkan tubuh, tapi juga membantu saya menjaga semangat, mengurangi stres,
dan menjaga pikiran tetap jernih.
Sebagian teman-teman
perkumpulan pelajar Indonesia juga suka bermain sepakbola di lapangan kampus. Saya
sendiri jarang ikut meskipun sudah membeli sepatu bola. Olah raga yang banyak
dilakukan oleh orang-orang Inggris adalah berlari. Meskipun saat winter dengan
cuaca yang sangat dingin, tetap ada saja orang yang berlari pagi atau sore
hari.
Refleksi: Tentang
Perjalanan yang Baru Dimulai
Satu
tahun pertama ini mengajarkan saya banyak hal: disiplin, ketekunan, dan
kesabaran menghadapi proses panjang yang penuh dinamika. PhD bukanlah lomba
lari cepat, melainkan perjalanan maraton yang membutuhkan strategi,
konsistensi, dan daya tahan mental. Tantangannya tidak saja mengenai teknis
riset kita, tapi juga endurance mental kita untuk menjalaninya. Hal yang paling
sulit mungkin adalah bagaimana memaksa diri kita untuk tetap konsisten membuat progress
atas pekerjaan riset kita sembari melakukan kegiatan sehari-hari lainnya,
terutama bagi yang sudah berkeluarga dan memiliki anak-anak.
Saya
bersyukur bisa melewati tahun pertama dengan segala suka dukanya. Perjalanan
ini masih panjang, tetapi fondasi sudah mulai terbangun. Saya berharap
tahun-tahun berikutnya bisa terus produktif, penuh pembelajaran, dan akhirnya
membawa saya pada kontribusi nyata melalui riset yang saya jalani sekaligus
tetap menjadi ayah dan suami yang hadir untuk keluarga.
Salam,
frochadi