Mendarat di Chicago dari Washington DC

Seminggu sudah kami singgah di Washington DC untuk mengikuti orientasi kedatangan di Amerika Serikat. Setelah ini, kami harus terbang ke kota tujuan masing-masing. Dua orang dari kami berangkat ke Bloomington, Indiana, satu orang ke Columbus, Ohio, dan saya ke Chicago, Illinois.

Kami berpisah dari hotel, dengan jam penerbangan yang berbeda-beda. Saya berangkat sendiri ke bandara menggunakan taxi. Sesampainya di check in counter ternyata bagasi saya kelebihan 4 pounds, atau sekitar 2 kilogram sehingga terpaksa saya membongkar bagasi di depan counter dan membuang beberapa barang dari dalam koper. Ini pertama kalinya terbang sendiri di US, cukup deg-degan.

Penerbangan dari Washington DC menuju Chicago O’Hare menempuh waktu kurang lebih 2 jam. Saya menggunakan American Airlines. Ini juga kali kedua menggunakan maskapai dari US setelah United Airlines saat penerbangan dari Narita, Japan ke Washinton DC. Sama seperti yang lain, pelayanan dari American Airlines tidak jauh lebih baik. Pramugari dan pramugara jutek dan tidak ada ramah-ramahnya dengan penumpang. Pelayanan dari maskapai-maskapai dari Asia sangat jauh lebih baik.

Sesampainya di Bandara O’Hare, saya menuju ke tempat pengambilan bagasi. Saya mengikuti ke mana orang-orang berjalan. Ruang bagasi ada di lantai bawah. Pengambilan bagasi tidak dijaga petugas dan sangat santai. Saya hanya membawa satu koper besar dan begitu koper saya muncul, langsung saya amankan dan mencari tempat duduk untuk berpikir sejenak.

Sekarang saya bingung mau ngapain, karena benar-benar tidak tahu apa-apa di sini dan sendirian. Saya membuka email dari IIE karena di sana ada petunjuk apa saja yang diperlukan ketika sampai di bandara di Chicago. Ternyata saya diminta untuk menggunakan GO Shuttle dan memberikan kode booking yang telah disiapkan untuk saya. Sempat kebingungan, saya coba tanyakan ke salah satu orang yang ada di sana. “Do you know where the GO Shuttle is?”, kataku. “GO Shuttle?, just go!”, katanya sambal senyum-senyum dan menunjuk sebuah counter. Saya sempat bingung, tapi ternyata itu counter taksi dan shuttle. Saya pun menuju ke counter dan menunjukkan kode booking yang saya miliki. Petugas menyuruh saya mengikutinya, bersama para penumpang yang lain.

Saya pun menaiki kendaraan shuttle yang berupa van yang cukup besar. Ada kurang lebih 6 penumpang lain bersama saya. Barang-barang ditempatkan di bagasi di bagian belakang mobil. Sesuai dengan petunjuk dari IIE, tujuan saya adalah Crowne Plaza Halsted. Saya termasuk penumpang yang turun paling akhir. Van menurunkan saya di halaman lobby hotel dan membantu menurunkan barang.

Saya menuju lobby hotel untuk check in sesuai dengan petunjuk IIE karena semuanya memang sudah di-arrange dengan baik oleh IIE selaku kontraktor beasiswa USAID. Ketika di lobby ada salah satu bapak-bapak bule yang menegur dan menanyakan sedang apa saya di sini, saja jawab untuk kuliah master. Selesai check in, saya diberi kunci dan dipersilakan untuk menuju kamar di lantai 6. Setelah sampai di kamar, langsung rebahan dan santai karena sudah melewati perjalanan hari ini dengan lancar. Saya akan stay di hotel ini kurang lebih selama 4 malam sampai saya bisa pindah ke apartemen tempat saya tinggal berikutnya.

Sendirian berada di kota antah berantah jauh dari rumah dan tidak kenal siapa-siapa sungguh terasa aneh. Waktu dengan Indonesia terpaut 12 jam, sehingga pagi hari di sini adalah maghrib di Indonesia. Selain menghubungi keluarga di Indonesia, hal yang saya lakukan adalah menikmati Chicago dari lantai 6 hotel ini. Nampak Chicago skyline dari hotel, karena hotel ini sangat dekat dengan city center, atau disebutnya downtown. Selain itu saya mulai menghubungi orang Indonesia yang ada di Chicago yang saya dapatkan dari kontak rekan-rekan Fulbright. Salah satunya adalah Mbak Afnan dan keluarga, yang merupakan tujuan saya berikutnya karena di sinilah saya mendapatkan apartemen untuk tempat tinggal. Selain itu ada Pak Dodi yang ternyata adalah mahasiswa PhD yang juga baru masuk di semester ini bareng saya, tapi sudah datang duluan dengan keluarganya.

Pada hari kedua ada hal yang bikin panik. Tiba-tiba air di kamar mandi mati. Mana air minum juga berasal dari tap water di kamar mandi. Setelah menelpon resepsionis, ternyata memang sedang rusak. Di hotel bintang empat di sini pun bisa kejadian begini. Karena haus, saya memutuskan untuk mencari tempat belanja. Kebetulan tidak jauh dari hotel ada swalayan Mariano’s dan Dominick’s, saya pun turun untuk jalan-jalan dan berbelanja. Syukurlah setelah sampai kembali ke hotel, tidak lama kemudian air sudah berfungsi dengan normal.

Malam harinya saya dihubungi Pak Dodi, katanya dia akan datang ke hotel untuk menemui saya esok pagi. Hari berikutnya, setelah sarapan saya menemui Pak Dodi yang sudah hadir ke hotel. Senang sekali akhirnya ketemu dengan orang Indonesia di kota ini. Setelah berkenalan dan ngobrol-ngobrol, dia menunjukkan saya beberapa hal penting yang perlu dilakukan di sini, antara lain mengambil uang tunai, membeli sim card US, dan membuka rekening bank. Pertama kali ambil tunai di sini bikin nyesek karena ternyata dikenai biaya yang ketika dirupiahkan kurang lebih Rp200.000,00. Di dekat hotel juga terdapat gerai provider AT&T yang pada akhirnya menjadi nomor saya selama di US.

Hari ke empat saya pergi ke kampus dan bertemu dengan Pak Dodi. Ia mengantarkan saya untuk mengambil kartu identitas mahasiswa dan membuka akun di salah satu bank yang ada di kampus. Setelah itu kami berkeliling kampus melihat-lihat situasi kampus. Minggu depannya kami harus mengikuti masa orientasi kedatangan mahasiswa baru, terutama untuk mahasiswa internasional. Setelah itu saya dan Pak Dodi pergi ke apartemen Mbak Afnan dan keluarga untuk melihat kamar yang akan saya tempati selama dua tahun kedepan.

Hari kelima di hotel saya sudah harus check out. Saya memesan taksi untuk membawa barang-barang ke tempat tinggal baru saya di dekat kampus.

 

 

Salam!

 

frochadi

 

frochadi

A policy wonk, auditor, writer, and sketcher.

Post a Comment

Previous Post Next Post