Kami berpisah dari
hotel, dengan jam penerbangan yang berbeda-beda. Saya berangkat sendiri ke
bandara menggunakan taxi. Sesampainya di check in counter ternyata bagasi saya
kelebihan 4 pounds, atau sekitar 2 kilogram sehingga terpaksa saya membongkar
bagasi di depan counter dan membuang beberapa barang dari dalam koper. Ini
pertama kalinya terbang sendiri di US, cukup deg-degan.
Penerbangan dari
Washington DC menuju Chicago O’Hare menempuh waktu kurang lebih 2 jam. Saya
menggunakan American Airlines. Ini juga kali kedua menggunakan maskapai dari US
setelah United Airlines saat penerbangan dari Narita, Japan ke Washinton DC.
Sama seperti yang lain, pelayanan dari American Airlines tidak jauh lebih baik.
Pramugari dan pramugara jutek dan tidak ada ramah-ramahnya dengan penumpang. Pelayanan
dari maskapai-maskapai dari Asia sangat jauh lebih baik.
Sesampainya di
Bandara O’Hare, saya menuju ke tempat pengambilan bagasi. Saya mengikuti ke
mana orang-orang berjalan. Ruang bagasi ada di lantai bawah. Pengambilan bagasi
tidak dijaga petugas dan sangat santai. Saya hanya membawa satu koper besar dan
begitu koper saya muncul, langsung saya amankan dan mencari tempat duduk untuk
berpikir sejenak.
Sekarang saya bingung
mau ngapain, karena benar-benar tidak tahu apa-apa di sini dan sendirian. Saya
membuka email dari IIE karena di sana ada petunjuk apa saja yang diperlukan
ketika sampai di bandara di Chicago. Ternyata saya diminta untuk menggunakan GO
Shuttle dan memberikan kode booking yang telah disiapkan untuk saya. Sempat
kebingungan, saya coba tanyakan ke salah satu orang yang ada di sana. “Do you
know where the GO Shuttle is?”, kataku. “GO Shuttle?, just go!”, katanya sambal
senyum-senyum dan menunjuk sebuah counter. Saya sempat bingung, tapi ternyata
itu counter taksi dan shuttle. Saya pun menuju ke counter dan menunjukkan kode
booking yang saya miliki. Petugas menyuruh saya mengikutinya, bersama para
penumpang yang lain.
Saya pun menaiki
kendaraan shuttle yang berupa van yang cukup besar. Ada kurang lebih 6
penumpang lain bersama saya. Barang-barang ditempatkan di bagasi di bagian
belakang mobil. Sesuai dengan petunjuk dari IIE, tujuan saya adalah Crowne
Plaza Halsted. Saya termasuk penumpang yang turun paling akhir. Van menurunkan
saya di halaman lobby hotel dan membantu menurunkan barang.
Saya menuju lobby
hotel untuk check in sesuai dengan petunjuk IIE karena semuanya memang sudah
di-arrange dengan baik oleh IIE selaku kontraktor beasiswa USAID. Ketika di
lobby ada salah satu bapak-bapak bule yang menegur dan menanyakan sedang apa
saya di sini, saja jawab untuk kuliah master. Selesai check in, saya diberi
kunci dan dipersilakan untuk menuju kamar di lantai 6. Setelah sampai di kamar,
langsung rebahan dan santai karena sudah melewati perjalanan hari ini dengan
lancar. Saya akan stay di hotel ini kurang lebih selama 4 malam sampai saya
bisa pindah ke apartemen tempat saya tinggal berikutnya.
Sendirian berada di
kota antah berantah jauh dari rumah dan tidak kenal siapa-siapa sungguh terasa
aneh. Waktu dengan Indonesia terpaut 12 jam, sehingga pagi hari di sini adalah
maghrib di Indonesia. Selain menghubungi keluarga di Indonesia, hal yang saya
lakukan adalah menikmati Chicago dari lantai 6 hotel ini. Nampak Chicago
skyline dari hotel, karena hotel ini sangat dekat dengan city center, atau
disebutnya downtown. Selain itu saya mulai menghubungi orang Indonesia yang ada
di Chicago yang saya dapatkan dari kontak rekan-rekan Fulbright. Salah satunya
adalah Mbak Afnan dan keluarga, yang merupakan tujuan saya berikutnya karena di
sinilah saya mendapatkan apartemen untuk tempat tinggal. Selain itu ada Pak
Dodi yang ternyata adalah mahasiswa PhD yang juga baru masuk di semester ini
bareng saya, tapi sudah datang duluan dengan keluarganya.
Pada hari kedua ada
hal yang bikin panik. Tiba-tiba air di kamar mandi mati. Mana air minum juga
berasal dari tap water di kamar mandi. Setelah menelpon resepsionis, ternyata
memang sedang rusak. Di hotel bintang empat di sini pun bisa kejadian begini.
Karena haus, saya memutuskan untuk mencari tempat belanja. Kebetulan tidak jauh
dari hotel ada swalayan Mariano’s dan Dominick’s, saya pun turun untuk
jalan-jalan dan berbelanja. Syukurlah setelah sampai kembali ke hotel, tidak
lama kemudian air sudah berfungsi dengan normal.
Malam harinya saya
dihubungi Pak Dodi, katanya dia akan datang ke hotel untuk menemui saya esok
pagi. Hari berikutnya, setelah sarapan saya menemui Pak Dodi yang sudah hadir
ke hotel. Senang sekali akhirnya ketemu dengan orang Indonesia di kota ini.
Setelah berkenalan dan ngobrol-ngobrol, dia menunjukkan saya beberapa hal
penting yang perlu dilakukan di sini, antara lain mengambil uang tunai, membeli
sim card US, dan membuka rekening bank. Pertama kali ambil tunai di sini bikin
nyesek karena ternyata dikenai biaya yang ketika dirupiahkan kurang lebih
Rp200.000,00. Di dekat hotel juga terdapat gerai provider AT&T yang pada
akhirnya menjadi nomor saya selama di US.
Hari ke empat saya
pergi ke kampus dan bertemu dengan Pak Dodi. Ia mengantarkan saya untuk
mengambil kartu identitas mahasiswa dan membuka akun di salah satu bank yang
ada di kampus. Setelah itu kami berkeliling kampus melihat-lihat situasi
kampus. Minggu depannya kami harus mengikuti masa orientasi kedatangan
mahasiswa baru, terutama untuk mahasiswa internasional. Setelah itu saya dan
Pak Dodi pergi ke apartemen Mbak Afnan dan keluarga untuk melihat kamar yang
akan saya tempati selama dua tahun kedepan.
Hari kelima di hotel
saya sudah harus check out. Saya memesan taksi untuk membawa barang-barang ke
tempat tinggal baru saya di dekat kampus.
Salam!
frochadi
