Pengalaman Wawancara dengan Calon Supervisor PhD di Inggris

Buat kalian yang akan atau sedang mencari supervisor untuk PhD atau sekolah doktoral, berikut saya share pengalaman interview dengan calon supervisor dari University of Liverpool dan University of Birmingham, keduanya di Inggris karena saya memang kebetulan mencari program PhD di negara tersebut.

Interview dengan calon supervisor sepertinya merupakan hal wajib untuk program S3 di Inggris. Setelah kita mendapatkan dua orang atau lebih calon supervisor yang memiliki minat dengan proposal riset yang kita ajukan, dari pihak kampus ataupun para calon supervisor secara mandiri akan meminta jadwal interview dengan calon mahasiswa mereka. Interview ini penting baik bagi calon supervisor maupun bagi mahasiswa itu sendiri, karena melalui interview inilah mereka bisa mengenal kita, mengetahui apa sebenarnya motif riset yang kita ajukan, bagaimana cara mencapainya, serta mereka juga ingin tahu kapasitas kita baik secara personal, pengalaman riset atau kerja, serta kemampuan teknis kita.

Saya sendiri mendapatkan undangan interview dari University of Liverpool dan University of Birmingham setelah sebelumnya saya menghubungi calon-calon profesor di sana. Kalau kalian ingin mengetahui cara menghubungi calon supervisor, dapat dibaca pada LINK berikut.

Interview dengan Calon Supervisor pada University of Liverpool

Setelah saya mendapatkan calon supervisor yang sekiranya tertarik dengan proposal riset yang saya ajukan, beliau menyatakan akan membantu mencarikan calon supervisor kedua melalui direktur graduate programme. Setelah beberapa minggu, akhirnya ada email dari direktur tersebut menyampaikan kepada saya bahwa Prof A dan B berminat dengan usulan riset yang saya ajukan dan mereka mengundang saya untuk mengikuti interview yang dipandu oleh direktur graduate program tersebut. Setelah saya setuju dengan hal tersebut, kemudian dibuatkan jadwal interview yang dilakukan melalui zoom meeting.

Sebelum hari H interview, semua saya siapkan dengan baik, terutama internet dan microfon serta kamera laptop bisa berjalan dengan lancar. Sementara pada hari H interview, saya sudah menyiapkan kelengkapan interview berupa laptop, internet, notes, dan juga print out proposal riset dan CV, serta beberapa catatan yang sudah saya buat sebelumnya.

Isi dari interview yang saya alami antara lain sebagai berikut.

Pertama, interview dibuka oleh Direktur Graduate Programme. Beliau memperkenalkan dirinya dan para Professor yang saat itu hadir. Setelah itu juga menjelaskan maksud dan tujuan dari pelaksanaan interview tersebut. Setelah itu beliau mempersilakan saya untuk memperkenalkan diri. Dalam perkenalan diri tersebut, saya menjelaskan mengenai nama, background study, serta background kerja, dan rutinitas pekerjaan yang saya lakukan, termasuk posisi saat ini.

Setelah itu, interview dilanjutkan oleh Professor A. Beliau adalah calon supervisor utama. Pertama beliau menanyakan hal-hal yang sifatnya general maupun spesifik terkait dengan proposal riset kita. Pertanyaan-pertanyaan general yang disampaikan, kurang lebih begini:

“What is your motivation of doing PhD?”

TIPS: pelajari dulu mengenai motif melanjutkan jenjang sekolah sampai ke PhD.

“Why you choose this university, not others?”

TIPS: Sampaikan bahwa pada universitas yang kalian tuju, misalkan 1) memiliki PhD programme yang sangat spesifik dan cocok dengan proposal riset kalian 2) memiliki calon supervisor yang sangat mumpuni untuk menjadi mentor dalam riset kalian.

“Tell us about your research? What is it about?”

TIPS: Benar-benar pahami isi dalam proposal yang kita sampaikan.

“What is the background of your research? What is the problem in it? Why you want to do a research on it?”

TIPS: Benar-benar pahami isi dalam proposal milik kita. Sampaikan bahwa permasalahan yang kita ajukan tersebut berpengaruh terhadap masyarakat atau institusi, atau bahkan negara, serta memiliki urgensi untuk diselesaikan.

Selain itu, beliau juga menanyakan mengenai beberapa hal detail yang saya tuliskan dalam proposal. Misalkan:

“What is ABCDE(menyebutkan nama organisasi dalam proposal)? Is it a government institution or non-profit organisation? What is it doing?”

“In your proposal you mention politics, what do you mean by politics in this context?”

“How do you define Best Practice?”

“In your research you choose Waste Management as a case study, why that case?”

“How do policymaking processes happen in Indonesia? Is it different with other countries?”

Pertanyaan-pertanyaan di atas sangatlah teknis terkait dengan isi proposal saya, bisa jadi pada interview kalian ditanyakan hal berbeda namun sangat terkait dengan isi proposal.

TIPS: Benar-benar pahami isi dalam proposal yang kita sampaikan.

Setelah Professor A selesai dengan pertanyaannya, kemudian dilanjutkan dengan Professor B. Beliau juga memberikan beberapa pertanyaan seputar detail proposal saya, antara lain:

“You will do a fieldwork to gather primary data, are you sure the data you need is available?”

“Do you plan to work on a specific institution or you want to do on multiple organisations?”

“How will you gather your data? (research methodology and data collection)”

“What trainings have you had? And what trainings do you need to have?”

“What is your plan to finance your study?”

“When do you plan to start your study?

 Setelah wawancara selesai kemudian mereka akan memberikan email konfirmasi apakah mereka berdua bersedia menjadi supervisor PhD.

Wawancara dengan Calon Supervisor pada University of Birmingham

Salah satu kampus yang saya tuju adalah University of Birmingham. Universitas ini menjadi salah satu pilihan karena memiliki school of government yang cukup bagus, dengan beberapa departments, antara lain: Political Science (POLSIS), International Development (IDD) dan Department of Public Administration (DPAP). Saya mengirimkan draft research proposal ke beberapa Professors yang menurut saya, setelah melakukan pencarian informasi atas spesialisasi mereka, sesuai dengan rencana riset yang akan saya lakukan. Beberapa profesor membalas namun menyatakan bahwa proposal saya sesuai dengan bidangnya, namun sudah tidak memiliki slot untuk supervisee karena sudah terlalu banyak PhD students yang disupervisi. Sampai akhirnya saya dihubungi oleh Dr X, dari IDD, yang menyatakan bahwa dia bersedia menjadi calon pembimbing, bersama dengan Dr Z. Setelah berkorespondensi melalui email dan mengirimkan dokumen yang mereka butuhkan untuk screening, waktu itu diminta Ijazah dan transkrip S2, serta hasil penelitian skripsi/thesis yang dilakukan sendiri, akhirnya mereka meminta untuk melakukan wawancara. 

Wawancara dengan kedua calon supervisor tersebut dilakukan secara daring dengan zoom meeting. Kurang lebih yang dibahas dalam wawancara kali ini juga sama dengan wawancara sebelumnya bersama calon supervisor dari University of Liverpool. Hal-hal yang ditanyakan, kurang lebih, antara lain:

“Tell me about your background”

“What is your motivations of pursuing a PhD?”

“Tell me about any research you’ve done by yourself in the past”

Saya diminta menceritakan pengalaman riset atau riset yang pernah dilakukan dimasa lalu, baik saat S1, S2, maupun pengalaman riset lain yang pernah dilakukan. Untuk teman-teman yang bekerja sebagai peneliti tentu saja punya banyak pengalaman terkait pertanyaan ini, namun bagi seperti saya yang bekerja sebagai practitioner yang saya highlight adalah pengalaman melakukan riset saat kuliah.

“Tell me about your research proposal and why is it important?”

Permintaan ini adalah mengenai riset yang akan kita kerjakan untuk PhD kita, mulai dari introduction/background of the research sampai dengan intended contribution. Pengalaman saya kemarin banyak ditanyakan mengenai “Why” saya mengajukan topik ini, apa urgensinya, serta proses data collection yang akan saya lakukan untuk meyakinkan bahwa saat fieldwork, data yang saya butuhkan memang benar-benar tersedia dan saya bisa mendapatkan datanya. Akses terhadap data sangat penting, sehingga mereka benar-benar ingin memperoleh keyakinan bahwa sumber data bisa kita akses.

"How do you plan to collect your data?"

"Where is the locus of the study? Why?"

“What trainings do you need?”

“How do you plan to finance your study? Have you got your source of funding? Is it fully funded?”

“Do you have conflict of interest with the institution that will be your object of study?”

Kurang lebih itu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, hampir mirip dengan wawancara sebelumnya dengan yang di University of Liverpool. Wawancara dilakukan kurang lebih satu jam dan mereka banyak menggali mengenai proposal riset yang saya ajukan, pengalaman pendidikan dan pekerjaan, serta kebutuhan peningkatan skills yang diperlukan agar bisa sukses menjalani pendidikan PhD. Wawancara dengan calon supervisor di University of Birmingham lebih santai daripada dengan di Liverpool.

Dari kedua wawancara tersebut, saya mendapat jawaban bahwa mereka menerima dan bersedia menjadi supervisor PhD dan meminta saya untuk membuat dan mengisi aplikasi resmi universitas. Karena beberapa pertimbangan saya hanya mengisi aplikasi di University of Birmingham dan melepas University of Liverpool.

Semoga dapat membantu teman-teman yang sedang berniat mencari supervisor untuk melanjutkan pendidikan PhD di universitas di luar negeri.

Silakan komen apabila ada yang ingin ditanyakan.


Salam,

Frochadi

 

frochadi

A policy wonk, auditor, writer, and sketcher.

Post a Comment

Previous Post Next Post