Review Hand Grinder Comandante C40 MK4

Kalau kalian sedang mencari hand grinder buat ngopi dan kebetulan melirik Comandante C40 MK4, berikut adalah pengalaman saya menggunakan Comandante C40 MK4 "Zebra" yang saya miliki. Saya sendiri sudah saya pakai lebih dari 5 tahun sejak sebelum pandemic Covid-19 menyerang. Sebelum menggunakan grinder ini, saya menggunakan grinder GRIT, dapat dibaca pada artikel berikut: Review: GRIT by Rivers (Coffee Grinder)

Comandante merupakan produsen grinder manual asal Jerman yang mengutamakan ketelitian teknik dan kualitas material terbaik. Bermarkas di Bavaria, mereka memproduksi semua komponen secara lokal, termasuk burr Nitro Blade, yakni baja tahan karat berkandungan nitrogen tinggi hasil pengembangan ilmiah yang cermat. Dengan visi menciptakan alat seduh kopi yang presisi, awet, serta bertanggung jawab terhadap lingkungan, Comandante menggunakan bahan ramah lingkungan seperti kayu oak dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan. Grinder seri C40 mereka telah menjadi andalan para pecinta kopi dan profesional di seluruh dunia karena mampu menghasilkan gilingan yang sangat konsisten untuk berbagai metode seduh.


Grinder Comandante C40 varian Zebra yang saya miliki memiliki tampilan body kayu oak dengan pola serat garis-garis menyerupai zebra. Finishing-nya elegan dan mewah, cocok bagi pengopi yang juga menghargai estetika. Bobotnya meskipun menurut saya relative berat tapi tetap nyaman dipegang. Waktu pertama kali menggunakan terasa cukup besar diameternya karena sebelumnya menggunakan grinder dengan diameter jauh lebih kecil. Bahan body juga agak slippery kali ya, sehingga perlu juga dipertimbangkan untuk membeli cover biar menambah kekuaran grip, tapi sayangnya nanti menambah diameter dan mengurangi keindahan grinder.

Bahan body terbuat dari kayu oak asli, dengan handle terbuat dari stainless steel dan pada ujungnya memiliki kenop kayu beech. Build quality menurut saya sangat kokoh dan presisi. Meskipun pada lid menggunakan bahan plastic sehingga rawan retak atau pecah. Lid saya sendiri sudah nampak retak karena terhempas jatuh. Grinder ini dibekali dengan Nitro Blade® burr yang berbahan baja tahan karat berkualitas tinggi. Ini adalah feature khas Comandante yang membuatnya mampu menghasilkan gilingan yang sangat konsisten di berbagai tingkat kehalusan.

Menilik dari klaim yang mereka sampaikan, grinder ini cocok untuk espresso, pour over, Aeropress, bahkan French press. Saya sudah mencoba berbagai jenis gilingan dan nampaknya grinding consistency sangat luar biasa, bahkan di level espresso. Nampak berbeda banget dengan grinder yang sebelumnya saya gunakan yang memiliki ceramic burr yang hasilnya sangat tidak konsisten. Kapasitas hopper dapat menampung kurang lebih sebanyak 40 gram biji kopi. Dimensi yang dimiliki kompatibel dengan aksesoris aftermarket seperti knob custom dan jar cadangan. Burr 39 mm Comandante memiliki presisi tinggi dengan klik yang terasa jelas. Gilingan untuk espresso dengan alat Flair espresso maker, saya biasa setting sekitar 9-11 klik, sementara ketika dengan mesin Delonghi ECP35.31 saya bisa menggunakan klik sebanyak 6-9 tergantung beans yang saya gunakan. Meskipun berat grinder cukup lumayan digenggaman, effort yang diperlukan untuk menggiling biji kopi tidak perlu banyak tenaga karena proses menggiling terasa ringan.

Burr 39 mm di Comandante C40 adalah bagian paling penting dari grinder, karena bertugas menggiling biji kopi menjadi partikel dengan ukuran tertentu dan konsisten. Ukuran burr yakni 39 mm mengacu pada diameter dari burr conical (kerucut) yang digunakan di Comandante C40. Apabila kita buka dan lepas satu per satu spare parts di dalam grinder akan nampak kalo burr grindernya berbentuk kerucut. Berhati-hati saat membuka blade karena ternyata sangat tajam dan dapat dengan mudah menggores kulit jari kita. Burr dibuat dari stainless steel high-nitrogen martensitic steel (Nitro Blade®). Baja ini sangat keras, tahan aus, dan anti karat sehingga ideal untuk penggunaan jangka panjang dan tetap tajam. Diproses melalui multiple stages of hardening & tempering, kemudian dipoles dengan presisi tinggi. Ukuran 39 mm yang dimiliki diklaim merupakan sweet spot antara efisiensi dan portabilitas. Lebih besar dari grinder-grinder kelas bawah (biasanya 38 mm ke bawah), tapi tetap compact untuk grinder manual. Desain burr unik buatan Comandante menciptakan gilingan yang sangat konsisten, bahkan untuk espresso yang butuh partikel sangat halus dan seragam. Ukuran burr ini juga katanya dapat membantu mengurangi tenaga yang dibutuhkan saat menggiling.

Sesuai dengan kualitas konstruksi dan konsistensi hasil gilingannya, harga grinder ini tidaklah murah. Harganya tergolong mahal untuk ukuran grinder manual, di Indonesia berkisar antara 4,8-5juta. Harga ini tentu saja menjadi penghalang bagi yang memiliki minat tapi masih sayang untuk mengeluarkan biaya kurang lebih 5juta untuk sebuah hand grinder. Dikelas ini ada beberapa grinder manual yang setara dengan Comandante C40. Mereka antara lain adalah merek 1Zpresso, Kinu, dan Timemore. 1Zpresso K-Ultra, K-Max, dan J-Max yang katanya juga menawarkan kualitas gilingan yang sangat konsisten. Saya sendiri belum pernah memakai grinder-grinder tersebut. Kinu M47 juga disebut menjadi pesaing kuat, dengan build quality premium dan performa luar biasa, meskipun harganya sedikit lebih tinggi. Sementara itu, Timemore Chestnut X dan X Lite hadir dengan desain modern dan hasil gilingan yang halus, cocok untuk pour-over maupun espresso. Untuk opsi lebih terjangkau, Timemore C3 atau C3 Pro memberikan kualitas gilingan yang baik untuk seduhan manual dengan harga yang jauh lebih ramah di kantong. Dengan mempertimbangkan kebutuhan dan metode seduh utama, grinder-grinder ini bisa menjadi alternatif sebanding atau bahkan lebih unggul dari Comandante C40.

Comandante juga menawarkan asesoris burr yang katanya bikin grinding lebih ciamik, namanya Red Clix yang bisa dibeli terpisah. Red Clix adalah upgrade aksesoris untuk Comandante C40 yang memungkinkan pengaturan grind yang lebih presisi dengan menggandakan jumlah klik—sekitar 60 klik penuh dibandingkan sekitar 30 pada versi standar. Ini sangat berguna untuk pengguna espresso karena memungkinkan penyesuaian yang lebih halus saat dial-in, memberikan kontrol lebih besar terhadap rasa dan ekstraksi. Namun, Red Clix harganya cukup mahal yakni kurang lebih sekitar Rp900ribu s.d. sejutaan, pemasangannya butuh kehati-hatian, dan jumlah klik yang lebih banyak bisa terasa merepotkan bagi pengguna yang sering berganti metode seduh. Selain itu, proses menggiling bisa menjadi lebih lambat, terutama pada setelan halus untuk espresso. Bagi pengguna yang fokus pada pour-over atau seduhan manual lainnya, manfaat Red Clix tidak terlalu signifikan dan bisa jadi tidak sepadan. Namun, bagi pecinta espresso yang menginginkan presisi ekstra dan sering mengganti biji kopi atau setelan, Red Clix merupakan tambahan yang layak dipertimbangkan.

Overall, setelah menggunakan grinder ini lebih dari 5 tahun, saya merasa puas sekali. Dua faktor yang menjadi pertimbangan saya memilih grinder ini adalah portable dan presisi yang sangat bagus. Hal yang mungkin kurang menjadi pilihan adalah harganya yang mahal, agak berat, dan lid plastik yang mudah retak.

Demikian dari saya, silakan komen ya kalo ada yang punya cerita atau ingin ditanyakan.

Salam,

frochadi

 

frochadi

A policy wonk, auditor, writer, and sketcher.

Post a Comment

Previous Post Next Post