Satu Hari Jalan-jalan di Kota Oxford, Inggris

Kebetulan anak-anak sedang libur sekolah, kami mengagendakan untuk jalan-jalan di Inggris. Kota yang kami tuju adalah Oxford. Ini adalah jalan-jalan ke luar kota untuk kami selama di Inggris. Dari Birmingham menuju Oxford dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi, bus dan kereta api. Jarak dari Birmingham ke Oxford kurang lebih 81 miles. Karena kami belum memiliki mobil di Inggris, akhirnya memutuskan untuk menggunakan kereta api. Ini juga menjadi pengalaman pertama kali naik kereta jarak jauh di Inggris.

Kami memesan tiket kereta melalui aplikasi Trainline dengan membeli Railcard untuk family. Menggunakan Railcard sangat menghemat harga tiket perjalanan. Kami berangkat dari Birmingham New Street Station dengan menggunakan kereta pukul 09.30 pagi. Dari rumah berangkat pagi-pagi pukul 06.30 dari rumah karena perlu jalan kaki ke bus station kurang lebih 15 menit. Kami berangkat dari bus station di Morrison dan naik Bus 45 menuju New Street Station. Sampai di sana ternyata masih banyak waktu untuk menunggu, sehingga kami menunggu kereta kurang lebih 1,5 jam.


Saat menjelang keberangkatan, kami menuju peron di bawah dengan eskalator. Kereta cukup ramai. Satu hal yang agak aneh di sini adalah orang-orang pada duduk memilih kursi sembarangan, meskipun di tiket online sudah terdapat nomor kursi. Kami yang baru pertama kali juga agak bingung dan akhirnya ikut duduk di kursi yang tersedia karena suasananya menjadi serasa berebut kursi. Namun, ternyata ada orang yang mengklaim kursi yang diduduki orang lain karena itu sesuai dengan nomor yang ada pada tiketnya. Interior dalam kereta juga nampak biasa saja, mungkin setara dengan kereta ekonomi KAI generasi baru, malahan lebih bagus KA Ekonomi New Gen milik KAI karena gerbongnya masih baru. Berdasarkan pengalaman naik kereta di Eropa, masih jauh lebih bagus kereta dari Amsterdam-Paris, maupun dari Vienna-Swiss yang pernah saya naiki.

Perjalanan dari Birmingham menuju Oxford akan ditempuh selama kurang lebih satu jam. Karena pertama kali naik kereta di sini, terasa suasana berbeda melewati kota-kota di Inggris dari dalam gerbong kereta. Sebenarnya lebih bagus pemandangan naik mobil atau bus karena sepanjang jalan raya sangat bagus sekelilingnya. Bagi kalian yang membawa koper atau tas besar bisa dibawa masuk ke dalam kereta dan bisa ditempatkan di ujung gerbong karena di sana ada tempat khusus untuk koper.

Baru saja kereta berjalan 30 menit, masinis kereta mengumumkan melalui pengeras suara bahwa kereta akan stop di Leamington Spa dan tidak melanjutkan perjalanan ke Oxford karena sedang ada strike dari para karyawan kereta. Hampir semua penumpang terkaget, terutama kami karena ini pengalaman pertama dengan kereta dan tiba-tiba ada permasalahan seperti ini. Dalam pengumuman disebutkan bahwa penumpang bisa melanjutkan dengan kereta yang datang di stasiun Leamington Spa berikutnya, sesuai dengan tujuan masing-masing karena ternyata banyak juga penumpang yang menuju London.

Begitu kereta sampai dan berhenti di stasiun Leamington Spa, semua penumpang diminta turun dari kereta, tak terkecuali. Semua penumpang berdesakan berdiri di peron kereta untuk menunggu kereta yang lewat berikutnya sesuai kota tujuan. Kami kedinginan karena saat itu masih winter. Sebagian orang masuk ke stasiun untuk membeli minuman hangat, tempat duduk yang ada juga sangat terbatas dan sudah penuh. Sebagian lagi menunggu sambil berdiri di peron. Sungguh pelayanan yang tidak jelas untuk negara yang katanya negara maju. Masih sangat jauh lebih baik pelayanan Kereta Api Indonesia di negara sendiri.

Satu per satu kereta lewat. Kereta pertama yang datang berselang kurang lebih setengah jam. Kereta ini menuju London. Orang-orang dengan tujuan London, atau stasiun yang searah berbondong-bondong masuk ke dalam gerbong. Kami hanya bisa menonton sambil kedinginan. Belum tahu kapan kereta tujuan Oxford akan datang. Kami yang kelaparan akhirnya membuka bekal. Untung saja sudah menyiapkan roti-rotian dan buah.

Satu jam berlalu, akhirnya satu kereta datang. Segera kusapa petugas yang ada dan menanyakan apakah ini kereta menuju Oxford. Ternyata benar, segeralah kami masuk ke dalam gerbong kereta. Ternyata gerbong sudah penuh dan tidak ada tempat duduk satu pun. Orang pun mondar-mandir dari satu gerbong ke gerbong lainnya mencari tempat duduk. Sebagian memilih diam berdiri, termasuk kami. Anak-anak juga harus berdiri dan berdempet-dempetan. Sampai di stasiun berikutnya, penumpang-penumpang baru pun masuk. Menambah penuh sesak gerbong kereta, persis naik KRL dari Jakarta ke Bekasi atau Bogor. Kurang lebih 30 menit kami berdiri dari Leamington Spa menuju Oxford, sehingga sudah selama satu setengah jam kami berdiri dalam perjalanan. Sungguh tidak nyaman.


Sesampainya di stasiun Oxford banyak penumpang turun karena ternyata mayoritas ingin berkunjung ke Oxford. Kami harus antre untuk menuju pintu keluar karena banyaknya orang yang turun, serta penumpang dari kereta lain yang kebetulan juga bersamaan berhenti di stasiun ini. Stasiun Oxford tidak terlalu besar, kurang lebih sama dengan stasiun Leamington Spa, dengan platform di kedua sisi untuk penumpang yang menuju ke arah sebaliknya. Setelah membereskan barang bawaan dan setting stroller, kami turun dan keluar dari stasiun.

Tujuan pertama kali kami sekarang adalah tempat makan karena sudah masuk jam makan siang. Kami berjalan kaki saja dari stasiun menuju pusat kota karena ternyata dekat. Ada juga bus dari stasiun menuju kota, tapi sepertinya bakalan muter-muter dan akan memakan waktu lebih lama. Kota Oxford memiliki gedung-gedung dengan arsitektur klasik sehingga nampak lebih menarik daripada Birmingham. Ada banyak tempat makan, tapi kami mencari yang tidak terlalu ramai biar anak-anak bisa duduk dengan nyaman. Pilihan akhirnya kami jatuhkan untuk makan siang di Shake Shack Burger. Pertama kali makan ini dulu pas di Washington DC dan dulu emang enak banget. Di samping Shake Shack ada KFC yang ternyata ramai dan antre banget.

Selesai makan kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Oxford University Museum of Natural History. Museum ini menyajikan fosil-fosil dinosaurus serta artefak-artefak dari seluruh dunia. Museum ini juga gratis untuk dikunjungi. Tersedia pilihan donasi bagi pengunjung yang ingin membantu dengan donasi untuk operasional museum. Bisa juga dengan pembelian cendera mata. Banyak fosil dinosaurus yang dipajang di sini yang membuat anak-anak betah. Selain itu juga sering ada acara untuk anak-anak seperti menggambar dan mewarnai bersama. Di lantai dua terdapat kantin bagi pengunjung yang lapar atau ingin ngopi dan ngeteh. Karena sedang hari libur, suasana museum sangat ramai pengunjug. Kami menghabiskan kurang lebih dua jam di dalam museum ini.


Tujuan berikutnya adalah jalan-jalan di seputra University of Oxford. Siapa yang tidak tahu kampus top ternama di dunia ini. Universitas Oxford adalah universitas tertua di dunia dan telah ada sejak sekitar tahun 1096. Perkembangannya meningkat pesat pada tahun 1167 ketika Raja Henry II melarang pelajar Inggris belajar di Universitas Paris, sehingga banyak yang beralih ke Oxford. Sistem perguruan tingginya (college) dimulai dengan pendirian University College pada tahun 1249. Sepanjang sejarahnya, Oxford memainkan peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, agama, dan politik, serta menjadi tempat belajar bagi tokoh-tokoh terkenal seperti John Locke, Stephen Hawking, dan J.R.R. Tolkien. Beberapa spot dari kampus ini sangat terkenal karena menjadi tempat syuting beberapa film yang familiar dengan kita, seperti Harry Potter, Alice in Wonderland, X-Men First Class, Doctor Strange, Transformers: The Last Knight, dan The Mummy. Beberapa bagian dari kampus sebenarnya bisa dilihat dari luar karena dibuka untuk viewing kepada masyarakat umum, namun kami tidak sempat karena anak-anak sudah mulai rewel.

Setelah selesai berkeliling kampus, tujuan kami berikutnya adalah Oxford Covered Market. Pasar ini memiliki lebih dari 50 pedagang yang menjual berbagai jenis produk baik itu makanan, hadiah, bunga, perhiasan, serta barang-barang kerajinan unik. Pasar ini, yang dirancang oleh arsitek Jembatan Magdalen, John Gwynn, pertama kali dibuka pada 1 November 1774 sebagai pasar daging, ikan, sayur-sayuran, dan rempah-rempah. Pasar ini kemudian beberapa kali diperluas, dibangun ulang, dan sepenuhnya ditutup atapnya selama abad ke-19. Pengunjung masih bisa melihat tiang penyangga atap besi asli yang dicetak oleh Dewer Foundry di London pada tahun 1839. Fasad pasar dari tahun 1830-an lengkap dengan hiasan cornice dan pilaster serta batang besi yang menonjol dari depan toko yang berasal dari abad ke-19 dan dulunya digunakan untuk menggantung daging. Pasar ini masuk dalam daftar bangunan bersejarah Grade II pada tahun 2000, merupakan tempat langka karena telah digunakan secara terus-menerus sebagai pasar selama hampir 250 tahun.

Di pasar ini kami membeli jajanan berupa Cookie, namanya Ben’s Cookie. Cookie ini sangat terkenal dan untuk membelinya perlu ngantri banget. Harga per buahnya sekitar £1.5 – £1.8. Setelah kami coba, rasanya emang enak banget. Tidak salah orang-orang rela antre demi soft cookies ini. Cocok banget untuk oleh-oleh. Setelah membeli cookies, kami menyempatkan keliling pasar ini. Kebetulan banyak yang sudah tutup karena sudah sore dan winter. Beberapa tempat makan di dalam masih buka. Ada juga yang berjualan donuts dan kopi yang sepertinya sangat menggoda.

Selesai dari Covered Market kami melanjutkan jalan-jalan, namun hanya strolling around aja menikmati kota karena sudah sore. Sebelum menuju ke stasiun untuk menunggu kereta pulang, kami mampir membeli makan dulu di KFC, di sebelah Shake Shack tadi. Ternyata harga makanan di sana relatif murah banget apabila dibandingkan dengan Shake Shack, pantesan saja saat makan siang bisa seramai itu. kami membeli untuk persiapan makan malam di kereta, karena di dalam kereta tidak ada yang berjualan makanan seperti resto dan café kereta di Indonesia. Setelah selesai dari sini, kami melanjutkan jalan kaki ke stasiun.




Di stasiun, suasana juga kembali ramai. Banyak pekerja yang akan pulang ke kota mereka atau turis yang pulang-pergi seperti kami. Saking ramainya, tidak semua orang kebagian tempat duduk untuk menunggu. Suasana dalam toilet juga selalu penuh dan antre. Sepuluh menit sebelum kereta datang kami berjalan menuju peron. Karena masih winter, pukul enam sore sudah nampak seperti pukul sembilan malam. Begitu kereta datang, kami kembali berebut tempat duduk. Beruntung masih ada beberapa kursi kosong sehingga kami bisa duduk tidak berjauhan. Sejam perjalanan berlalu dan kami sampai di Birmingham New Street. Kami melanjutkan dengan naik Bus 45 menuju Strichley dan kemudian berjalan kaki dari bus stop ke rumah. Capek sekali perjalanan seharian ini. Next time kita coba kota lain.


Terima kasih sudah membaca tulisan ini. Baca juga tulisan-tulisan lainnya ya.

 

Salam,

frochadi

 

 

frochadi

A policy wonk, auditor, writer, and sketcher.

Post a Comment

Previous Post Next Post