Katanya pergi ke Liverpool tidaklah lengkap kalau belum mengunjungi Stadion Anfield. Stadion Anfield adalah markas legendaris klub sepak bola Liverpool FC, yang terletak di kota Liverpool, Inggris. Dibuka pertama kali pada tahun 1884, Anfield awalnya merupakan kandang dari Everton FC, namun sejak tahun 1892 menjadi rumah bagi Liverpool FC setelah kedua klub berpisah. Stadion ini terkenal di seluruh dunia bukan hanya karena sejarah panjang dan prestasinya, tetapi juga karena atmosfer luar biasa yang diciptakan para pendukungnya, terutama di tribun paling ikonik bernama The Kop, yang dikenal sebagai salah satu tribun paling berisik dan bersemangat dalam dunia sepak bola.
Anfield memiliki kapasitas lebih dari 60.000 penonton setelah beberapa kali renovasi, termasuk pengembangan Main Stand dan Anfield Road End. Suasana magis di Anfield sangat terasa saat para fans menyanyikan lagu kebesaran klub, "You'll Never Walk Alone," yang telah menjadi simbol solidaritas dan kebanggaan klub. Selain pertandingan, Anfield juga memiliki museum klub, tur stadion, dan fasilitas modern yang terbuka untuk pengunjung. Anfield bukan sekadar stadion; ia adalah jantung emosional Liverpool FC dan simbol identitas serta kebanggaan kota Liverpool.
Kami naik mobil dari rumah ke stadion Anfield. Letaknya
tidak jauh dari rumah temanku, hanya 15 menit dengan mobil. Suasana hari ini
masih mendung dan hujan gerimis, ah sayang sekali. Kami langsung menuju
parkiran stadion. Parkir di sini gratis, baik sekali. Dari parkiran kami
berjalan ke lokasi stadion. Karena masih pagi, belum terlalu banyak pengunjung
sehingga kami bisa dengan leluasa berfoto-foto di setiap sudutnya. Kami
berjalan perlahan dan menikmati setiap sudut stadion.
Di salah satu sudutnya terdapat sebuah tempat yang sangat terkenal. Sebuah tempat yang sangat sakral dan emosional bagi para pendukung Liverpool FC, yaitu Hillsborough Memorial, sebuah area peringatan untuk mengenang 96 (kemudian menjadi 97) suporter Liverpool yang kehilangan nyawa dalam tragedi Hillsborough pada 15 April 1989. Tragedi itu terjadi saat semifinal Piala FA melawan Nottingham Forest di Stadion Hillsborough, Sheffield, ketika kepadatan di tribun menyebabkan puluhan suporter terinjak dan terhimpit hingga meninggal dunia. Memorial ini terletak di dekat pintu gerbang Shankly Gates di luar Anfield. Di sana terdapat dinding marmer hitam yang bertuliskan nama-nama para korban, lengkap dengan lilin abadi (eternal flame) yang menyala sebagai simbol penghormatan dan janji untuk tidak melupakan mereka. Suporter dan pengunjung sering meletakkan bunga, syal, atau pesan pribadi di lokasi ini sebagai bentuk penghormatan. Tempat ini bukan hanya menjadi tempat berkabung, tetapi juga simbol perjuangan panjang keluarga korban dan masyarakat Liverpool untuk mendapatkan keadilan, yang akhirnya diakui secara hukum bertahun-tahun kemudian. Hillsborough Memorial telah menjadi bagian penting dari identitas klub, mengingatkan semua orang bahwa sepak bola bukan hanya soal kemenangan, tetapi juga tentang kemanusiaan, solidaritas, dan rasa hormat.
Di luar Stadion Anfield juga terdapat sebuah patung bermakna yang dikenal sebagai "The 97 Memorial", menggambarkan sosok pria yang menggendong temannya—seorang suporter yang terluka. Patung ini diresmikan pada 15 April 2022, tepat 33 tahun setelah Tragedi Hillsborough, sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban dan simbol kepedulian, keberanian, serta solidaritas di tengah peristiwa tragis tersebut. Karya ini dibuat berdasarkan kisah nyata dari para penyintas dan saksi mata, menampilkan tindakan kemanusiaan luar biasa yang terjadi saat tragedi berlangsung, sekaligus menjadi penghargaan bagi mereka yang terluka secara fisik maupun emosional. Terletak dekat Hillsborough Memorial dan Shankly Gates, patung ini memperkuat narasi sejarah Anfield sebagai tempat yang tidak hanya mengukir prestasi sepak bola, tetapi juga menjadi ruang refleksi dan penghormatan terhadap perjuangan panjang untuk keadilan. Banyak orang datang untuk berhenti sejenak, menundukkan kepala, atau meletakkan bunga sebagai bentuk penghormatan. Patung ini menjadi pengingat abadi bahwa tragedi tersebut takkan pernah dilupakan, dan nilai-nilai kemanusiaan akan terus hidup di dalam jiwa komunitas Liverpool.
Sebenarnya kami ingin mampir ke pusat penjualan merchandise Liverpool FC, tapi sayang sekali sedang dalam proses perbaikan. Ada lokasi penjualan temporer tapi ternyata pagi itu belum buka, pegawai masih bersiap-siap dan menata merchandise yang dijual dan sayangnya pengunjung belum diperkenankan untuk masuk. Akhirnya kami mengurungkan niat membeli merchandise dan melanjutkan keliling stadion. Kami sempat berfoto-foto di beberapa spot yang nampak menarik. Setelah itu kami jalan sedikit ke neighbourhood sekitar, untuk melihat beberapa mural yang ada. Cukup menarik. Tidak lama kemudian kami pergi dari stadion. Menuju pusat kota Liverpool.
Perjalanan dari Anfield Stadium menuju city centre kurang lebih 15-20 menit. Kami berhenti di salah satu lokasi parkir di dalam kota. Biaya parkir berkisar antara 1-2 poundsterling per jam. Dari parkiran kami berjalan kaki menyusuri dalam kota. City centre Liverpool tidaklah terlalu besar, lebih kecil dari Birmingham, tapi cukup lumayan banyak hal yang bisa dilihat.
Salah satu area yang paling terkenal adalah Waterfront &
The Three Graces. Di sini ada Royal Albert Dock yang merupakan komplek dan
berisikan museum, galeri, restoran dan juga tempat jalan-jalan. Tempat ini
dulunya merupakan bagian dari UNESCO heritage area. Kemarin kami juga sudah
dari sini saat melihat Parade Kemenangan Liverpool FC. Di sini nampak beberapa
kapal yang bersandar dan dulunya
merupakan tempat docking kapal besar. Ada juga bangunan-bangunan lawas yang
menarik untuk dilihat. Selain itu ada juga Mersey Ferries yang bisa kita naikin
untuk melihat panorama dari the Mersey. Selain itu dari sini Nampak bangunan
Royal Liver Building yang terkenal, yakni dengan ikonnya “Three Graces” yang ada
patung burung Liver. Di sini juga merupakan salah satu tempat syuting film Batman,
dan Liverpool city centre merupakan salah satu lokasi yang disebut sebagai the
Gotham City, bersama dengan Glasgow dan London.
Selain itu kami juga mengunjungi patung the Beatles. Katanya ke Liverpool wajib ke sini karena kota ini merupakan kota kelahiran band terkenal ini. Patung ikonik keempat personel band legendaris ini jadi spot foto favorit wisatawan. Kami pun berfoto bersama patung-patung tersebut. Banyak pengunjung yang antri untuk bisa berfoto di sana. Kami sempat berjalan-jalan menyusuri tepi Sungai Mersey sambil menikmati suasana sore yang tenang. Sebenarnya ada museum the Beatles juga, tapi kami tidak sempat untuk masuk ke sana. Hari ini city centre terasa agak lengang, mungkin karena kemarin sudah terjadi hiruk-pikuk pawai, serta ada kejadian tidak terduga yang merenggut nyawa satu pendukung Liverpool FC. Beberapa tempat juga Nampak tutup. Hujan mulai agak deras, kami memilih berjalan kaki menuju lokasi parkir untuk kembali pulang ke rumah.
Liburan singkat ini benar-benar berkesan. Mulai dari euforia
pawai kemenangan Liverpool FC, atmosfer magis Stadion Anfield, hingga nuansa
musik dan sejarah di pusat kota Liverpool—semuanya terasa lengkap. Perjalanan
ini bukan hanya tentang jalan-jalan, tapi juga tentang kebersamaan, semangat,
dan pengalaman tak terlupakan bersama keluarga. Sampai jumpa di petualangan
selanjutnya!
Salam,
frochadi




